JEJAK SI CETOL
Namaku Ahmad Syaifuddin kelahiran Tulungagung, 29 Maret 1998. Aku memiliki banyak sekali hobi diantaranya yaitu melihat air. Baik itu air kolam, air sungai, air laut maupun air hujan. Diriku memang sedikit berbeda dengan lelaki seusiaku yang disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing atau dikendalikan oleh kekasih maupun para istri. Keseharianku sangatlah bebas dan tidak ada beban sama sekali, namun semua berubah ketika umur sudah mulai tua. Hari ini diriku berusia hampir 26 tahun. Usia yang sudah pantas untuk memiliki istri atau anak, namun diriku masih belum berani untuk menikah dikarenakan belum ada penghasilan sama sekali. Hari-hari disibukkan dengan mengabdikan diri di masyarakat tanpa memiliki tabungan untuk memikirkan semua hal itu.
Tercatat mulai tanggal 28 Juni sampai 16 Juli Sekolah tempatku mengajar memberikan liburan untuk seluruh anggota sehingga dapat beristirahat di rumah bersama keluarga masing-masing. Selama durasi waktu yang sangat lama tersebut diriku mencoba mencari lompatan pekerjaan lainnya yakni dengan mendaftar menjadi manager di JNT Boyolangu dan mencari lowongan dosen di beberapa wilayah se Nusantara. Nasib berkata lain, karena sampai sudah hampir tiga minggu diriku tidak mendapatkan panggilan apapun. Jika dilihat dari jenjang karir seharusnya sangat mudah diriku mendapatkan pekerjaan yang layak, namun takdir menyuruhku untuk tetap menjadi guru dan melakukan pengabdian di masyarakat sampai batas waktu yang tidak bisa diprediksi.
Pada satu kesempatan diriku mendapat tawaran untuk menjadi penjaga swalayan di wilayah kalimantan utara dengan gaji Rp.3.200.000. Atas tawaran tersebut diriku memberanikan diri untuk meminta doa restu kedua orang tua, namun mereka tidak mengijinkan dan tetap menyuruhku sabar agar mendapatkan keberkahan selama menjadi guru di sekitar rumah. Bahkan ayah memberikan fasilitas uang berapapun untukku agar tidak keluar dari profesi guru. Sebagai seorang anak pertama dan lelaki yang sudah berusia 26 tahun, diriku sangat kecewa dengan keputusan mereka. Sesekali diriku pernah berdiri di atas jembatan dan ingin terjun saja agar segera selesai semua lika-liku takdir kehidupan yang serba membingungkan ini, namun diriku sadar bahwa akhirat lebih pedih siksanya dibanding hidup di dunia. Hal yang mampu aku lakukan saat ini yaitu kembali menjadi seorang pemancing di aliran sungai sambil menunggu kematian datang padaku.
Berikut merupakan satu vidio yang sudah di upload ke dalam youtube berisi kekonyolanku selama mencari pakan ikan untuk persiapan memancing:
Sensasi memancing tidak bisa digantikan oleh apapun. Satu hal yang dapat menunda terjadinya proses memancing yaitu hujan. Datangnya air hujan dapat menggantikan kesenangan dalam memancing. Dengan melihat air hujan mengingatkan diri ini bahwa dahulu ketika kecil sering mandi air hujan sambil dikejar orang tua karena hal itu sangatlah dilarang.
Masa mudaku penuh kenakalan, semua kata kotor pernah terucap, namun dua hal yang tidak akan pernah aku lakukan yaitu meminum alkohol dan mengkonsumsi narkoba. Kalau sebatas merokok dan menemani teman untuk membeli alkohol dan diriku hanya menonton mereka mabuk-mabukan sih pernah, namun saat ini temanku sudah pergi jauh dan hal itu sudah terjadi pada waktu diriku berusia SMA.
Hari ini diriku bertengkar lagi bersama ibu karena beliau tidak menginginkan anaknya untuk memancing dan lebih mengharapkan anaknya tidur di kamar sambil bermain handphone. Memang sangat nampak sekali bahwa orang tuaku menyayangiku, namun hal itu sangatlah berlebihan dan diriku tidak bisa selalu menentang semua kebijakan yang diberikan oleh mereka. Mungkin ketika diriku nanti sudah berkeluarga hal yang serupa pasti akan terulang kembali, karena hukum karma pasti ada. Takut selalu membayang-bayangi diri ini. Agar tidak mengalami ketakutan yang berlebihan, hal yang diriku lakukan yaitu memancing dan berbicara pada air yang mengalir untuk meluapkan semua keluh kesah selama ini karena semua teman juga pergi menjauhiku yang hanya sekadar seorang cetol.
Cetol adalah sebutanku dahulu di masa SMP. Meski terdengar sebagai kata yang berpotensi bullying, namun masa itu tidak pernah tergantikan, karena ada satu guru yang sangat aku hormati yang mampu melindungiku. Beliau bernama Mr. Karmuji. Hari ini beliau telah jauh meninggalkanku dan tidak ada lagi orang yang dapat menampung segala curahan hatiku. Oleh sebab itu, jangan larang diriku untuk menyalurkan hobi karena indahnya kenangan tidak dapat tergantikan bahkan oleh bidadari sekalipun.