Tampilkan postingan dengan label Belajar dimanapun kita berada. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Belajar dimanapun kita berada. Tampilkan semua postingan

Senin, 20 Juni 2022

TIGA PESAN DI HARI SABTU

 


Ikuti Kata Hati dan Berfikir Logis

    Selamat sore sahabat, Beberapa hari ini penulis belum mengirimkan tulisan sebagaimana yang telah dilakukan, hal itu disebabkan oleh semangat yang mulai meredup. Hari Sabtu penulis mendapatkan banyak pengalaman berharga diantaranya yaitu "pesan untuk semangat dalam menggapai mimpi, senantiasa ikhlas dalam menjalani kehidupan serta sabar dalam mengabdi kepada masyarakat". Pesan pertama disampaikan oleh bapak kepala desa pada saat perpisahan dan pelepasan para santri kelas 6 yang telah melaksanakan pembelajaran di sekolah dekat rumah.

    Beliau dahulu tidak pernah menyangka bahwa mimpi untuk menjadi kepala desa bisa diraih, jika melihat ke belakang sebenarnya beliau hanya berasal dari masyarakat biasa tanpa adanya kemewahan, namun semangat untuk meraih mimpi membuat beliau mampu menggapai cita-cita yang telah dimimpikan sejak kecil. Penulis juga belajar banyak dari beliau tentang impian akan sekadar mimpi bila tidak diusahakan, oleh sebab itu raihlah impian dengan belajar yang giat dan bertawakal kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Pesan kedua diucapkan oleh guru kelas 6 bernama bu Solekah. Beliau merupakan guru yang proporsional dan memiliki ideologi islam yang kuat sehingga tidak mudah digoyahkan oleh segala situasi dan kondisi. Pesan singkat disampaikan kepada para santri serta wali santri yaitu "menjaga nama baik sekolah dengan capaian prestasi dan akhlakul karimah".

    Santri tahun ini berbeda dengan tahun kemarin, karena mereka lebih cepat dewasa serta kurang begitu disiplin dan patuh pada perintah para guru di lingkungan sekolah. Meskipun begitu orang tua juga berperan dalam membentuk akhlakul karimah dengan memasukkan para santri ke madrasah diniyah atau taman pendidikan alqur'an ketika berada di rumah. Guru tidak selalu bisa mengawasi perbuatan yang dilakukan oleh para santri, mereka berkewajiban mendidik dengan benar agar ilmu yang disampaikan dapat bermanfaat di dunia dan akhirat. Penulis melakukan wawancara singkat kepada 12 santri di dalam kelas, mereka sadar bahwa ilmu agama tidak ada yang masuk ke dalam memori jangka panjang karena banyak diajari metode ceramah. Hal ini membuat penulis kaget dan merasa sangat berdosa, bahkan ketika penulis memberikan nasihat untuk jangan menikah sebelum umur kalian sampai di usia SMA mereka sepakat untuk mengiyakan, namun memberikan syarat tetap pacaran secara sembunyi atau terang-terangan. Hal inilah yang membuat penulis beberapa hari tidak melanjutkan menulis karena memikirkan solusi permasalahan karakter yang masih menjadi permasalahan internal di dalam diri para santri yang ada di zaman ini. Sebenarnya para santri memiliki potensi untuk berkembang menuju ke arah yang lebih baik, namun penulis sebagai seorang guru agama belum mampu meningkatkan potensi yang dimiliki dikarenakan masih belum memiliki jam terbang yang banyak.

    Pesan ketiga langsung disampaikan oleh Tuhan yang Maha Kuasa melalui pengalaman dalam mengabdi di masyarakat. Penulis sudah bertahun-tahun stagnan pada kegiatan shalawat. Semua situasi pernah dirasakan, bahkan dahulu mereka yang menjadi murid sekarang menjadi teman seperjuangan dalam melantunkan shalawat. Kegiatan shalawat dimulai dengan mengangkat alat hadrah serta sound sistem yang bobotnya kurang lebih 100kg dengan macamnya sebagai berikut (salon 6, mixer, power 3, microfon, kabel, alat hadrah dan lain-lain). Sebenarnya penulis sangat capek untuk mengabdi di tengah masyarakat karena belum ada dukungan yang serius dalam kegiatan yang telah terlaksana selama 5 tahun ini, namun penulis tetap bisa semangat karena ada 12 murid yang sekarang sudah sekolah menengah kejuruan sehingga mampu membantu mempersiapkan kegiatan shalawat. Anggota sholawat berjumlah 50 an yang berasal dari para pemuda dan pemudi di desa Jeli. Tuhan memberikan ujian di hari sabtu dengan memberikan sebuah pilihan. Pilihannya adalah para pemudi (6 anak perempuan) ingin mengikuti kegiatan shalawat para pemuda yang sedang berlangsung di rumah anak yang menjadi idola para wanita karena rumahnya bagus, anaknya ganteng serta sebagai ajang bermain handphone. Pada pertemuan sebelumnya penulis mengizinkan untuk bergabung, namun hari sabtu kemarin penulis sangat mantab untuk memisah antara shalawat putra dan putri karena banyak hal negatif yang timbul ketika mereka dipertemukan dalam satu majelis. Keputusan yang telah diambil ternyata memang tepat, karena di akhir kegiatan shalawat para tetangga datang untuk melihat penampilan para pemuda dan memberikan apresiasi karena shalawatan dilaksanakan dengan khusuk. Penulis mulai sekarang paham bahwa "tidak semua keinginan manusia itu baik di hadapan Allah, sehingga sesuatu yang baik belum tentu berdampak baik dan harus di analisis secara mendalam agar tujuan kebaikan tidak menimbulkan masalah di masa depan".

Ketiga pesan di atas bisa pembaca aplikasikan secara langsung, namun harus selalu sabar ketika menemui situasi yang tidak sesuai dengan keinginan. Sekian cerita singkat penulis di hari Sabtu semoga bisa dipahami meskipun belum ilmiah.

Terimasih :-)







Bimbingan Teknis Hybrid Learning Guru PAI Kabupaten Tulungagung Tahun 2025

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ERA DIGITAL BAB 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam era digital yang semakin berkembang, ...