SEMUA MEMILIKI CERITANYA MASING-MASING
Sudah menjadi rahasia umum bagi setiap yang memiliki nyawa pasti akan mati. Kematian datang berdasarkan keputusan yang telah ditetapkan oleh Tuhan yang maha Esa. Habisnya kapasitas nyawa yang didapatkan oleh setiap manusia harus dipertanggung jawabkan kelak di hadapan Tuhan. Proses tanya jawab antara Tuhan dan manusia pasti terjadi, namun mampukah kita menanggung beban pahala dan dosa yang telah kita perbuat selama hidup di dunia! (sinopsis awal)
Penulis khawatir tentang masa depan yang akan menimpa diri ini sebagaimana pesan dari dosen pembimbing yang berbunyi; "Din, setiap manusia pasti akan mengalami dua hal. Pertama mati dalam keadaan muda atau mati disaat usia sudah tua. Ketika sudah tua dan belum mati, sudahkah kamu melawan rasa takutmu untuk menjelajahi dunia? jika sudah, maka selamat dirimu sudah melampauiku dan pertahankan karaktermu, namun ketika dirimu pasrah, maka hidupmu akan membosankan dan sia-sia." Isi dari pesan secara umum menjelaskan tentang keberanian saja dalam menjalani kehidupan tidaklah cukup. Ketika manusia berada di zona nyaman dalam menjalani kehidupan pasti ada waktu dimana seseorang akan merasa jenuh sehingga mengurangi kualitas diri dalam menjalankan rutinitas. Berbeda dengan mereka yang mau dan mampu untuk menjalani hidup dengan berani memilih agar dapat berada di zona aman, ada kemungkinan kebahagiaan dan tidak ada keterpaksaan yang membuahkan kekecewaan.
Contohnya adalah anak dari desa di kelas 9 smp yang telah lulus dengan nilai sangat rendah memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke tempat yang sangat jauh di wilayah perkotaan. Orang lain pasti beranggapan anak tersebut akan gagal dan hanya membuang uang orang tuanya saja, namun anak tersebut memiliki prinsip untuk mengejar zona aman ketimbang zona nyaman. Secara umum anak tersebut pasti akan langsung beradaptasi di sekolah yang linieritas lokasinya sama (pedesaan), namun di dalam kondisi zona nyaman anak tersebut kurang bersemangat karena banyak yang telah mengenal sehingga perundungan membuat hatinya mulai meredup dan semangat belajar menjadi hilang. Hal inilah yang membuatnya mengejar zona aman dengan berada di luar wilayahnya dan memiliki kepercayaan yang kuat untuk belajar lebih rajin ketika sudah keterima di sekolah berstandar tinggi di wilayah perkotaan.
Contoh lain adalah pengalaman hidup yang sudah penulis jalani tentang sebuah perjodohan. 1 tahun kemarin penulis diperkenalkan dengan satu wanita dengan bayground pendidikan yang sangat bagus, orang tuanya juga seorang aparat di wilayah Gresik, Jawa Timur. Penulis pada waktu itu sedang jomblo karena memang jenuh dengan proses pacaran yang tidak kunjung ketemu ujungnya. Penulis dikirimi alamatnya melalui google maps. 4 jam perjalanan menggunakan motor suprafit merah milik bapak dengan bermodalkan uang saku 250 ribu agar sampai ke tempat tujuan. Sampai di Gresik penulis merasa sangat senang karena telah sukses melakukan perjalanan seorang diri tanpa kritikan orang lain. Calon mertua juga menyambut dengan ramah sampai ketika pulang diberikan uang saku yang dimasukan ke dalam tas dan diberi kenangan jas untuk persiapan menikah. Sesampainya di Tulungagung penulis merasa bimbang karena nantinya jika menikah di Gresik, maka akan menjalani zona nyaman dan tidak dapat mengembangkan diri menjadi lebih baik (zona aman). Akhirnya selama satu bulan bolak-balik ke Gresik-Tulungagung, penulis memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan dengan perempuan itu dan tetap berada di Tulungagung dengan status jomblo. Satu bulan setelah penulis tidak melanjutkan menikah terdengar kabar bahwa perempuan di Gresik menikah dengan orang lain. Sedikit merasa kecewa, namun penulis sadar gaji menjadi guru tanpa ada pekerjaan sampingan tidak mampu untuk memberanikan menikahi perempuan dengan status tinggi seperti itu. Berbulan-bulan merasa kesepian akhirnya penulis dihubungi oleh mantan pacar yang ternyata dirinya juga menungguku dan tidak mau menikah jika bukan diriku. Oleh sebab itu penulis mengajak menjalin hubungan pacaran lagi dengan janji tidak bertemu atau melakukan chatting sampai dirinya benar-benar siap untuk menikah dan diriku sanggup untuk menafkahinya. Janji itu insyaallah akan terwujud di tahun 2024 sambil menunggu keputusan menteri pendidikan tentang adanya perekrutan PPPK Guru. Jika di tahun 2024 memang penulis dianggap tidak layak dan tidak lolos, maka dengan berat hati penulis memilih mencari pekerjaan lain agar bisa menikah dengan si kekasih.
Secara sadar penulis merasa kecewa dengan keputusan tetap berada di Tulungagung ketimbang di Gresik, hal ini karena penulis juga memiliki rutinitas bersholawat bersama para pemuda serta perkumpulan orang tua di sekitar rumah yang tidak selamanya dapat bertahan karena usia setiap manusia terus bertambah dan kebutuhan untuk berkeluarga pasti terus ada. Keputusan yang sepihak ini menimbulkan beberapa kekecawaan lain yakni setelah penulis pertimbangkan secara menyeluruh seharusnya jika jadi menikah dengan perempuan Gresik, maka kedua adikku akan ikut makmur dan bisa penulis ajak mencari kerja di wilayah yang gaji UMR nya lebih layak dibandingkan pekerjaan sekarang. Kedua adikku sampai hari ini berijasah SMK sedangkan penulis berijasah S2/magister. Penulis menyesal tidak menyemangati kedua adik agar melanjutkan kuliah, karena penulis juga sangat sadar gaji menjadi guru sangatlah sedikit, Akhirnya adik juga tidak mau kuliah dan memilih jalan lain untuk merintis bekerja dengan harapan mampu berwirausaha secara mandiri tidak seperti penulis yang terus-terusan minta uang bensin orang tua padahal berstatus s2/magister.
Nasi sudah menjadi bubur. Peribahasa tersebut menggambarkan hidup penulis yang membingungkan. Pada sebuah kesempatan penulis membuka alqur'an dan menemukan sebuah ayat yang berbunyi : "dan Dia (Allah Swt) mendapatimu sebagai seorang yang bingung. Lalu Dia (Allah Swt) memberikan petunjuk." Peringatan yang diberikan Tuhan untukku adalah diriku gagal daftar di semua lowongan pekerjaan dan di suruh untuk tetap mengabdi di Desa Jeli, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Tulungagung agar menjadi seorang pendidik. Kemudian petunjuk yang diberikan untuk penulis adalah selama 1 tahun terakhir penulis terus dihubungi oleh banyak dosen untuk melakukan penelitian/penulisan karya ilmiah secara bersama-sama, sehingga penulis sangat sadar memang benar perkataan temanku yang berbunyi: "mas Ahmad, jangan meninggalkan SD.. tetaplah menjadi guru dan seorang penulis meskipun tidak menjadi dosen. Karena suatu hari dirimu akan sangat dibutuhkan dan menjadi harapan oleh banyak orang. Saya yakin akan hal itu dan bersabarlah sampai waktu yang masih menjadi misteri dari Tuhan yang maha Esa."
Kesimpulan
1. Semua orang memiliki ceritanya masing-masing;
2. Jangan buat besar ceritamu kepada orang lain;
3. Belum tentu yang baik itu baik begitupun sebaliknya;
4. Cobalah pengalaman apapun disekitarmu asalkan itu tetap di jalur agamamu;
5. Jadilah dirimu sendiri dan pertimbangkan jarum yang jatuh untuk membuatmu berhati-hati setiap melangkah di depanmu.