Senin, 29 Januari 2024

Penulis dan Pemilik Hati

 Selamat malam sahabat pena

Foto Penulis sedang melamun

Setiap hari penulis mengalami berbagai pengalaman yang berbeda-beda. Semua pengalaman tersebut rata-rata mengenai pendidikan, pengabdian masyarakat bahkan percintaan yang sangat sulit dijelaskan karena kesibukan yang tidak berujung. Kontinuitas dalam menulis juga menjadi terabaikan karena minimnya dorongan dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Malam ini penulis berencana membuat perencaan mengenai pendidikan yang akan dilakukan di hari Selasa, 30 Januari 2024. Penulis di hari tersebut akan mengajar di SD Negeri 1 Jeli. Proses pembelajaran mulai terlihat ketika penulis mulai bangun di pagi hari karena harus melakukan print out kertas yang akan disebarkan kepada semua siswa untuk proses pembiasaan. Besok rencananya akan ada lalaran asmaul husna, syi’ir tasrifan dan pujian wali songo di ruang aula setelah praktik sholat dengan dibantu oleh semua guru. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa penulislah yang harus bekerja keras maupun bekerja cerdas demi tercapainya kelancaran pembiasaan di pagi hari tersebut. Normalnya pembiasaan akan berlangsung pada pukul 06.30-07.45 wib, namun bisa mundur atau maju sesuai dengan situasi yang sedang berlangsung di waktu tersebut karena adanya beberapa tambahan dari kepala sekolah.

Sebagai seorang penulis sekaligus guru muda, maka sudah seharusnya memiliki kejujuran serta keterampilan yang lebih dibandingkan dengan yang lain. Satu hal yang penulis coba lakukan adalah memadukan audio visual yang ada di lingkungan sekolah dengan mengambil video youtube mengenai lalaran asmaul husna, syi’ir tasrifan dan pujian wali songo yang sesuai dengan kesukaan anak masa kini. Saat ini anak-anak menyukai lalaran yang dipadukan dengan nuansa musik islami sehingga minat dalam belajar menjadi meningkat dan lebih bersemangat. Penulis sadar bahwa menambah sesuatu lalaran adalah kegiatan yang baru di sekolah dasar, namun kebijakan untuk merdeka belajar membuat penulis berani untuk berkembang meskipun pasti ada dampak negatif yang akan ditimbulkan. Opini dampak negatif yang akan timbul menurut penulis yakni 1) waktu belajar tersita, 2) minat anak untuk membaca pelajaran di hari selasa berkurang karena padatnya rutinitas di sekolahan, 3) anak tertekan karena proses masuk sekolah menjadi lebih cepat dan jam pulang menjadi lebih lama (biasa masuk jam 07,00 menjadi jam 06.30 karena adanya pembiasaan, serta jam pulang pada pukul 12.00 wib menjadi pukul 14.00 wib karena adanya wajib ekstrakurikuler muhasabah tilawatil qur’an).

Semua dampak negatif di atas hanya opini dari penulis dan belum teruji secara ilmiah sehingga tidak bisa dijadikan bahan evaluasi. Ketika pembiasaan telah usai hal yang dilakukan penulis adalah mengajar di kelas 4 sampai pukul 09.30 wib. Dilanjutkan mengajar agama di kelas 2 sampai pukul 11.00 wib, kemudian mengajar ekstrakurikuler kelas 1 dan 2 menulis dan mengaji alqur’an yang biasa disebut dengan diniyah. Sebenarnya berulang kali penulis menyatakan tidak siap menjadi guru agama karena tiga sebab yaitu 1) kurangnya pengalaman di kampus, 2) bukan alumni pondok pesantren dan 3) takut akan pertanyaan malaikat dan Allah Swt di akhirat karena mengajarkan pondasi agama yang mungkin ada salah kata maupun perbuatan ketika berada di lingkungan sekolah. Semua kegiatan mengajar selama ini hanya semata-mata juga karena tiga hal yakni 1) patuh kepada kedua orang tua, 2) ta’dzim kepada bu Tutik dan bu Win selaku kepala sekolah yang sangat penulis hormati dan akan ingat jasanya sampai akhir hayat, 3) rasa syukur kekasih yang saat ini masih mengabdi di pondok pesantren al Falah Ploso, Kediri.

Penulis memiliki ego yang sangat tinggi dalam kaitan kebijakan yang tidak sesuai dengan realistis masa kini, sehingga ketika siapapun yang mau untuk mendekati dalam memberikan masukan pasti berfikir berulang kali. Sampai hari ini penulis belum sepenuhnya ikhlas untuk mengajar karena memang hati nurani sudah capek dengan kondisi pendidikan yang sangat berbeda dengan ajaran di kampus sehingga seringkali perasaan putus asa menyelimuti diri untuk mengadu nasib di pekerjaan lainnya. Terakhir kali penulis bahkan memutuskan kontrak mengajar hadrah di 10 sekolah yakni SD Gresik, Pondok Modern Gresik, MAN 2 Tulungagung, MIN 2 Tulungagung, SDN 2 Punjul, SDN 1 Karangrejo, SDN 1 Sukowiyono, SDN 2 Sukowiyono, SDN 1 Tulungrejo, SMP Pondok Ploso Putra karena penulis sadar jika hanya mengajar sholawat saja, maka sumbangsih keilmuan secara akademik tidak ada sehingga hati nurani menginginkan untuk keluar dari zona nyaman. Apalah daya nasib berkata lain, sehingga meskipun penulis meninggalkan kegiatan islami namun Allah Swt selalu mendekatkan dengan acara-acara keagamaan sehingga sabar dan sadar adalah dua pegangan hati di masa kini untuk menjalani kehidupan di masa depan.

Terima kasih sahabat pena telah menemani penulis mengisi hati di malam yang sangat dingin ini, silahkan memberikan saran, kritik bahkan cemooh jika ada kata-kata yang kurang berkenan di hadapan pembaca sekalian.

Salam hangat dariku

#Guru penjual tahu.

Tidak ada komentar:

Bimbingan Teknis Hybrid Learning Guru PAI Kabupaten Tulungagung Tahun 2025

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ERA DIGITAL BAB 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam era digital yang semakin berkembang, ...