Selamat malam sahabat pena
Setiap hari penulis mengalami berbagai pengalaman yang
berbeda-beda. Semua pengalaman tersebut rata-rata mengenai pendidikan, pengabdian
masyarakat bahkan percintaan yang sangat sulit dijelaskan karena kesibukan yang
tidak berujung. Kontinuitas dalam menulis juga menjadi terabaikan karena minimnya
dorongan dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Malam ini penulis berencana
membuat perencaan mengenai pendidikan yang akan dilakukan di hari Selasa, 30
Januari 2024. Penulis di hari tersebut akan mengajar di SD Negeri 1 Jeli.
Proses pembelajaran mulai terlihat ketika penulis mulai bangun di pagi hari
karena harus melakukan print out kertas yang akan disebarkan kepada semua siswa
untuk proses pembiasaan. Besok rencananya akan ada lalaran asmaul husna, syi’ir
tasrifan dan pujian wali songo di ruang aula setelah praktik sholat dengan
dibantu oleh semua guru. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa penulislah yang
harus bekerja keras maupun bekerja cerdas demi tercapainya kelancaran pembiasaan
di pagi hari tersebut. Normalnya pembiasaan akan berlangsung pada pukul
06.30-07.45 wib, namun bisa mundur atau maju sesuai dengan situasi yang sedang
berlangsung di waktu tersebut karena adanya beberapa tambahan dari kepala
sekolah.
Sebagai seorang penulis
sekaligus guru muda, maka sudah seharusnya memiliki kejujuran serta
keterampilan yang lebih dibandingkan dengan yang lain. Satu hal yang penulis
coba lakukan adalah memadukan audio visual yang ada di lingkungan sekolah
dengan mengambil video youtube mengenai lalaran asmaul husna, syi’ir tasrifan
dan pujian wali songo yang sesuai dengan kesukaan anak masa kini. Saat ini
anak-anak menyukai lalaran yang dipadukan dengan nuansa musik islami sehingga
minat dalam belajar menjadi meningkat dan lebih bersemangat. Penulis sadar
bahwa menambah sesuatu lalaran adalah kegiatan yang baru di sekolah dasar,
namun kebijakan untuk merdeka belajar membuat penulis berani untuk berkembang
meskipun pasti ada dampak negatif yang akan ditimbulkan. Opini dampak negatif yang
akan timbul menurut penulis yakni 1) waktu belajar tersita, 2) minat anak untuk
membaca pelajaran di hari selasa berkurang karena padatnya rutinitas di
sekolahan, 3) anak tertekan karena proses masuk sekolah menjadi lebih cepat dan
jam pulang menjadi lebih lama (biasa masuk jam 07,00 menjadi jam 06.30 karena
adanya pembiasaan, serta jam pulang pada pukul 12.00 wib menjadi pukul 14.00
wib karena adanya wajib ekstrakurikuler muhasabah tilawatil qur’an).
Semua dampak negatif di atas
hanya opini dari penulis dan belum teruji secara ilmiah sehingga tidak bisa
dijadikan bahan evaluasi. Ketika pembiasaan telah usai hal yang dilakukan
penulis adalah mengajar di kelas 4 sampai pukul 09.30 wib. Dilanjutkan mengajar
agama di kelas 2 sampai pukul 11.00 wib, kemudian mengajar ekstrakurikuler
kelas 1 dan 2 menulis dan mengaji alqur’an yang biasa disebut dengan diniyah.
Sebenarnya berulang kali penulis menyatakan tidak siap menjadi guru agama
karena tiga sebab yaitu 1) kurangnya pengalaman di kampus, 2) bukan alumni
pondok pesantren dan 3) takut akan pertanyaan malaikat dan Allah Swt di akhirat
karena mengajarkan pondasi agama yang mungkin ada salah kata maupun perbuatan
ketika berada di lingkungan sekolah. Semua kegiatan mengajar selama ini hanya
semata-mata juga karena tiga hal yakni 1) patuh kepada kedua orang tua, 2) ta’dzim
kepada bu Tutik dan bu Win selaku kepala sekolah yang sangat penulis hormati
dan akan ingat jasanya sampai akhir hayat, 3) rasa syukur kekasih yang saat ini
masih mengabdi di pondok pesantren al Falah Ploso, Kediri.
Penulis memiliki ego yang
sangat tinggi dalam kaitan kebijakan yang tidak sesuai dengan realistis masa
kini, sehingga ketika siapapun yang mau untuk mendekati dalam memberikan
masukan pasti berfikir berulang kali. Sampai hari ini penulis belum sepenuhnya
ikhlas untuk mengajar karena memang hati nurani sudah capek dengan kondisi pendidikan
yang sangat berbeda dengan ajaran di kampus sehingga seringkali perasaan putus
asa menyelimuti diri untuk mengadu nasib di pekerjaan lainnya. Terakhir kali penulis
bahkan memutuskan kontrak mengajar hadrah di 10 sekolah yakni SD Gresik, Pondok
Modern Gresik, MAN 2 Tulungagung, MIN 2 Tulungagung, SDN 2 Punjul, SDN 1
Karangrejo, SDN 1 Sukowiyono, SDN 2 Sukowiyono, SDN 1 Tulungrejo, SMP Pondok
Ploso Putra karena penulis sadar jika hanya mengajar sholawat saja, maka
sumbangsih keilmuan secara akademik tidak
ada sehingga hati nurani menginginkan untuk keluar dari zona nyaman. Apalah
daya nasib berkata lain, sehingga meskipun penulis meninggalkan kegiatan islami
namun Allah Swt selalu mendekatkan dengan acara-acara keagamaan sehingga sabar
dan sadar adalah dua pegangan hati di masa kini untuk menjalani kehidupan di
masa depan.
Terima kasih sahabat pena telah menemani penulis
mengisi hati di malam yang sangat dingin ini, silahkan memberikan saran, kritik
bahkan cemooh jika ada kata-kata yang kurang berkenan di hadapan pembaca
sekalian.
Salam hangat dariku
#Guru penjual tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar