Minggu, 21 Januari 2024

BAGAIMANA, MENGAPA DAN APAKAH GURU AGAMA MENGENALKAN TOLERANSI BERAGAMA: Minimnya Minat Membaca Al Qur’an (Studi analisis Q.S. Al Maidah:5/2)

Senin waktunya mengajar
Penulis akan mengajar di kelas 6 bertempat di Sekolah Dasar Negeri 1 Jeli. Alokasi waktu dalam mengajar yaitu 2x4 jam pelajaran dimulai pada pukul 09.45-12.00 wib. Mata pelajaran yang disampaikan yaitu Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada semester 2 di tahun 2024. Ada 4 kajian pembahasan yang harus terselesaikan yaitu membaca QS Al-Maidah:2, memahami arti QS Al-Maidah:2, kandungan QS Al-Maidah:2 dan memahami makna QS Al-Maidah:2

Al qur’an surat al Maidah ayat 2 mengajak manusia untuk saling tolong menolong dan bekerjasama dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa. Kebaikan adalah perilaku terpuji dari orang lain baik bagi lingkungan sekitar maupun masyarakat luas. Guru yang baik pasti memberikan contoh perilaku terpuji kepada para murid mengenai tolong menolong di lingkungan sekolah, diantaranya adalah dengan saling membantu menyiram tanaman di taman, membersihkan halaman dari sampah yang berserakan atau memberikan pertolongan bagi anak yang terjatuh saat bermain sepak bola di lapangan.

Arti dari ayat di atas yaitu "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya."
Konteks tolong menolong di dalam surat al Maidah ayat 2 yaitu tolong menolong dalam bentuk peribadatan. Bagi sekolah yang mayoritas agamanya islam, maka tidak akan nampak secara signifikan sikap tolong menolong yang akan terdeteksi. Berbeda dengan sekolah yang memiliki perbedaan agama yang nantinya bisa saling membantu dalam menjaga toleransi antara kaum beragama. Contohnya yaitu ketika ada murid islam yang akan mengerjakan shalat, maka siswa non islam akan menjaga barang berharga milik teman yang sedang shalat. Begitu juga ketika siswa non islam sedang mengerjakan kewajiban dalam agama mereka, maka siswa islam akan membantu menjaga kondisional sekitar agar tidak mengganggu ketertiban teman yang sedang beribadah. Semua yang dijelaskan di atas akan dapat terlaksana bagi sekolah dengan jenjang smp ke atas. Bagaimana jika jenjang yang akan diajarkan mengenai Q.S. al Maidah ayat 2 ada di jenjang sekolah dasar?  Secara tidak langsung, guru harus memiliki trik jitu agar pemahaman tolong menolong di lingkungan sekolah dalam kajian keagamaan dapat dipahami secara jelas oleh peserta didik sehingga dapat masuk ke dalam memori jangka panjang mereka.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa pembelajaran di dalam kelas sering menggunakan tanya jawab, penugasan dan sistem dreal (memberikan banyak soal untuk dikerjakan). Dampak dari diterapkannya metode pembelajaran klasikal semacam itu membuat para siswa disiplin dari luar, namun memberontak dari dalam karena keinginan mereka agar pelajaran segera selesai dan pulang ke rumah tanpa memikirkan ilmu yang disampaikan oleh guru di dalam kelas. Rutinitas pembelajaran semacam inilah yang sangat penulis tidak suka karena kepintaran yang bersifat sementara hanya akan berdampak buruk bagi masa depan para siswa. Pada beberapa kesempatan penulis melakukan wawancara kepada 11 murid di kelas 6. Mereka memiliki beranggapan bahwa pembelajaran akan menarik ketika hal-hal di bawah ini terpenuhi:
1.Guru memberikan hadiah
2.Guru mau diajak bermain bersama
3.Guru tidak selalu memberikan tugas merangkum
4.Guru mau memberikan nilai dari pekerjaan yang telah dilakukan siswa
5.Guru tidak pemarah
6.Guru memiliki bau harum dan rapi dalam berpakaian
7.Guru memberikan pujian secara langsung maupun secara paraf
8.Guru selalu memiliki ide kreatif dalam mengajar
9.Guru tidak bermain handphone ketika mengajar
10.Guru tidak memberikan hukuman ketika siswa tidak membawa buku
11.  Guru mahir memberikan contoh konkret sesuai pola pikir siswa masa kini
Berdasarkan semua hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa guru harus serba bisa dalam meraih minat anak dalam segala situasi yang selalu berubah setiap harinya. Beban hidup dengan beban kerja di sekolah yang pastinya terus menumpuk harus dikesampingkan agar pembelajaran di dalam kelas bisa maksimal dan murid dapat senang dalam setiap pembelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolahannya masing-masing.

Tidak ada komentar:

Bimbingan Teknis Hybrid Learning Guru PAI Kabupaten Tulungagung Tahun 2025

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ERA DIGITAL BAB 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam era digital yang semakin berkembang, ...