Lomba bisa berdampak baik atau lebih buruk
Perlombaan merupakan kegiatan untuk mencari juara terbaik melalui seleksi berdasarkan keputusan dewan juri yang tidak bisa diganggu gugat. Semua peserta telah dilatih dengan sangat giat oleh pelatihnya masing-masing. Penulis melakukan beberapa wawancara kepada 3 pelatih dari sekolah dasar swasta, sekolah dasar dan sekolah dasar negeri di kecamatan Karangrejo. Mereka memilih serta melatih siswanya dengan cara yang berbeda-beda.Guru di SDS menjelaskan bahwa telah melakukan seleksi yang ketat secara terstruktur sesuai bidang yang akan dilakukan perlombaan. Murid yang terpilih bernama Enabel (nama samaran), dia merupakan siswa dari bayground keluarga yang islami dan sangat mendukung untuk mengikuti perlombaan di tingkat kecamatan. Setiap hari selama dua minggu terakhir sebelum berangkat ke sekolah selalu diajari orang tuanya di rumah terkait penekanan lagu, suara dan adab yang akan dinilai oleh para dewan juri sehingga mendapat hasil yang maksimal. Pembiasaan di dalam kelas ketika proses pembelajaran juga membuat kualitas siswa yang terpilih menjadi lebih siap dalam menghadapi perlombaan.
Berbeda dengan siswa di sekolah dasar yang ditunjuk berdasarkan seleksi dari guru agama. Sulastri (nama samaran) sebagai guru agama merasa sangat semangat untuk melatih siswa terbaiknya untuk mengikuti perlombaan di tingkat kecamatan. Banyak dukungan dari dewan guru yang lain untuk mengikuti perlombaan, namun beberapa siswa yang sudah ditunjuk merasa tidak begitu semangat karena baru pertama kali mengikuti lomba di tingkat kecamatan. Hal yang hampir sama juga dipaparkan oleh guru di SDN. Sebut saja Udin (nama samaran) yang sangat tidak siap dengan adanya perlombaan karena belum mampu melakukan pelatihan dengan waktu yang singkat serta pemilihan yang tidak begitu ketat, hal ini dikarenakan potensi siswa yang bisa dilatih sedikit sehingga guru harus memaksimalkan siswa yang dirasa pantas untuk mengikuti perlombaan yang diadakan oleh panitia.
Proses perlombaan berlangsung dengan sangat terbuka, bahkan nilai juga langsung dimunculkan melalui LCD Proyektor. Ada pihak yang menolak proses tersebut karena berpotensi menimbulkan trauman di hati siswa yang mendapat nilai rendah, namun panitia tetap memunculkan nilai berdasarkan kesepakatan bersama agar proses perlombaan berjalan dengan transparan tanpa adanya kecurangan sedikitpun. Penulis mendapat data akhir berupa ada salah satu sekolah swasta yang tidak diperbolehkan ikut, dikarenakan di perlombaan sebelumnya selalu memborong juara sehingga menimbulkan keresahan di hati para guru di instansi lainnya, meskipun demikian sekolah swasta tersebut tetap memaksimalkan pelatihan perlombaan di bidang lainnya. Penulis mempunyai asumsi penelitian berupa:
1. Bagaimana guru menyikapi siswa yang tidak mendapat juara?
2. Bagaimana dewan juri menyikapi siswa yang mendapat juara?....
Asumsi di atas dijawab berdasarkan pengamatan bahwa siswa yang tidak mendapat juara akan diberikan uang saku tambahan serta diajak ke warung makan untuk memulihkan kembali semangat yang menurun dari para siswa, sedangkan siswa yang mendapat juara akan diberikan piagam dan tropi juara serta dikirim ke tingkat kabupaten untuk mengikuti perlombaan di tingkat yang lebih tinggi.
Pesan yang dapat diambil dari adanya perlombaan adalah jangan hanya berani untuk menampilkan siswa dalam event perlombaan, karena jika siswa tersebut tidak mendapat juara dapat dipastikan akan tertanam pada memori jangka panjang sehingga semangat untuk mengikuti perlombaan berikutnya menjadi berubah. Penulis menyebutnya dengan istilah jawa "wani metu wani ragat".
Jeli, 16 Agustus 2022; 18.40 WIB.